Cerita Indahnya Lebaran

Cerita Indahnya Lebaran - Sebenarnya ini cerita lampau, tepatnya lebaran tahun 2011. Saya adalah seorang anak yang terlahir dari keluarga sederhana yang alhamdulillah masih di karuniai anugrah umur dan sampai detik ini masih lengkap. Keluarga kecil yang terdiri dari Ayah, Ibu, Kakak dan Adik ini hidup berdampingan dan setiap kali kedatangan bulan ramadhan selalu disambut dengan suka cita dan sederhana, ya.. sangat sederhana, menu buka yang nikmat karena syukur dan selalu berulang setiap harinya, tak ada yang special. Hanya syukur yang membuat kita serba kecukupan.

Sampai akhirnya suka cita itu datang meyambut, hore.. lebaran tiba, saatnya kembali fitri dan kumpul bersama keluarga besar. Senyum ceria tersungging di pipi, kerinduan kami akan keluarga tercinta bisa terealisasi selama 1 tahun sekali, namun dibalik keceriaan itu menyisakan sedikit goretan ketika dibenturkan dengan budaya "nyandang" atau beli baju baru di hari lebaran. Kami tak kuasa menahan, ketika dipaksa harus berhutang demi sepasang pakaian lebaran, bukan kami ingin tampil beda, melainkan hanya menghormati lebaran.

Lebaran pada intinya hanya membersihkan kembali jiwa yang berdosa dan mengubah layaknya kertas kosong untuk kemudian diisi kembali, bukan pada perkara bagaimana kita bisa memeriahkannya dengan berbagai cara. Kita patutnya bersyukur karena telah ditemukan dengan lebaran yang tak semua orang bisa menikmatinya, meskipun tak ada baju baru, toples penuh makanan kering dan sebagainya. Memang rasa syukur itu berbeda pengaplikasiannya namun pada hakikatnya cuma di hati.

[Lanjut ke cerita]
Saya hanya tersenyum dan menjawab "saya masih punya baju lebaran, tak perlu baju baru" ketika diminta ibu untuk belanja baju. Saya sadar dengan keterbatasan uang alangkah baiknya jika dimanfaatkan untuk menyambung hidup atau keperluan mendesak lain, bukan untuk foya-foya, bisa juga untuk berbagi uang receh kepada anak-anak kecil yang sudah menjadi kebiasaan kami umat muslim jawa. Pasti akan lebih indah dengan berbagi sedikit rezeki kepada mereka. Jika ada baju yang masih layak dan pantas untuk dipakai, kenapa harus beli? apakah demikian cara kita memaknai datangnya bulan ramadhan? Baiknya kita tak boleh terjebak dalam fikiran pragmatis, malah lebih baik berfikir fundamental.

Singkat cerita, setelah shalat I'ed usai kami berangkat ke kediaman saudara tua, tempat dimana keluarga besar berkumpul, terasa spesial karena tangis tumpah begitu kita bersama dihadapkan pada memori masa lalu ketika saling menyakiti, saling menyinggung dan segala perbuatan tak terpuji lainnya yang menjerumus kepada penyakit hati. Inilah keindahan idul fitri yang sebenarnya, saling memaafkan antar manusia bukan saling pamer materi, karena Allah menganggap kita semua sama, tak ada bedanya manusia yang berpakaian sutera dengan kain biasa. Semua sama, dan materi itu hanya sementara, tak akan dibawa sampai mati.

Inilah cara saya memaknai indahnya lebaran dan memperlakukan datangnya lebaran yang notabene sangat sederhana dan jauh dari keindahan, jika dipandang dari perspektif pembaca dan orang yang melihat. Semoga pembaca bisa mengambil nilai positif dari postingan singkat saya ini dan kita semua bisa merepresentasikannya ke dalam kehidupan nyata. amin

Sekian postingan mengenai Cerita Indahnya Lebaran, maaf jika ada kata yang kurang berkenan di hati pembaca.

Cerita Indahnya Lebaran Cerita Indahnya Lebaran Reviewed by Unknown on 1:32 AM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.